Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu landmark paling terkenal di Aceh dan salah satu masjid terbesar dan termegah di Indonesia. Terletak di pusat kota Banda Aceh, masjid ini menjadi simbol kekuatan spiritual, budaya, dan sejarah bagi masyarakat Aceh, terutama setelah menjadi saksi dari berbagai peristiwa besar, termasuk bencana tsunami tahun 2004.
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman
Masjid ini didirikan pada tahun 1612 oleh Sultan Iskandar Muda, penguasa Kesultanan Aceh. Pada masanya, masjid ini merupakan pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan bagi masyarakat Aceh. Namun, pada tahun 1873, ketika Belanda melakukan invasi ke Aceh, masjid asli ini hancur akibat penyerangan tersebut.
Untuk meredam kemarahan rakyat Aceh, pemerintah kolonial Belanda membangun kembali masjid ini pada tahun 1879 dengan desain baru yang berarsitektur Mughal, menyerupai masjid-masjid di India. Sejak saat itu, masjid ini terus mengalami renovasi dan perluasan hingga memiliki beberapa kubah dan menara seperti yang kita lihat saat ini.
Arsitektur yang Memukau
Masjid Raya Baiturrahman dikenal karena keindahan arsitekturnya yang megah dan unik. Masjid ini memiliki tujuh kubah hitam besar, delapan menara, dan pilar-pilar megah yang menjulang tinggi. Gaya arsitektur Mughal yang diadopsi memberikan kesan klasik, namun tetap kokoh dan menawan.
Interior masjid juga tidak kalah indah. Dinding dan langit-langitnya dihiasi dengan ornamen islami yang rumit dan menarik. Lantai masjid terbuat dari marmer impor dari Italia, memberikan kesan sejuk dan elegan bagi siapa saja yang beribadah di dalamnya.
Pada 2017, masjid ini dilengkapi dengan payung hidrolik raksasa seperti yang ada di Masjid Nabawi di Madinah. Payung-payung ini berfungsi untuk melindungi jamaah dari panas matahari, terutama saat salat Jumat atau salat Idul Fitri dan Idul Adha yang sering dipadati oleh ribuan orang.
Masjid dan Tsunami 2004
Salah satu momen paling dramatis dalam sejarah Masjid Raya Baiturrahman adalah saat bencana tsunami melanda Aceh pada tahun 2004. Masjid ini menjadi saksi dari tragedi tersebut, di mana banyak bangunan di sekitarnya hancur oleh gelombang air yang dahsyat. Namun, masjid ini tetap berdiri tegak dengan sedikit kerusakan. Hal ini menjadikannya simbol harapan dan kekuatan bagi masyarakat Aceh yang sedang berjuang pulih dari bencana.
Setelah tsunami, banyak orang yang berlindung di dalam masjid, dan masjid ini menjadi pusat bantuan bagi para korban. Hingga kini, masjid ini masih dikenang sebagai tempat yang memberikan harapan dan perlindungan di tengah bencana besar.
Fungsi dan Peran Masjid Saat Ini
Masjid Raya Baiturrahman tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial, budaya, dan pendidikan bagi masyarakat Aceh. Selain digunakan untuk salat berjamaah, masjid ini juga menjadi tempat kajian keagamaan, pertemuan masyarakat, dan acara-acara besar seperti peringatan hari-hari besar Islam.
Bagi para wisatawan, Masjid Raya Baiturrahman juga menjadi tujuan utama saat berkunjung ke Aceh. Banyak pelancong yang datang untuk menikmati keindahan arsitektur masjid, mengenang sejarahnya, dan merasakan atmosfer spiritual di dalamnya.
Kesimpulan
Masjid Raya Baiturrahman Aceh adalah salah satu bangunan paling ikonik di Indonesia. Keindahan arsitektur, sejarah yang kaya, serta perannya dalam melindungi masyarakat Aceh dari bencana, menjadikannya lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid ini adalah simbol keteguhan dan keagungan yang berdiri kokoh di ujung barat Indonesia, mengingatkan kita akan pentingnya iman, harapan, dan kebersamaan.